Jumat, 30 Desember 2011

Benarkah beli franchise menguntungkan?

Orang Indonesia memang lucu.
Ketika virus entrepreneurship akhir-akhir ini makin menggila, banyak orang seakan-akan kalap mengambil berbagai kesempatan yang ada. Lantas, larislah berbagai pameran bisnis dan waralaba yang sekarang ada di mana-mana.
Lucunya, ketika bertanya di booth-booth pameran, pertanyaan lucu yang selalu mengemuka adalah, “Balik modalnya berapa lama ?” Atau yang lebih lucu lagi, “Kalau bisnisnya sampai bangkrut, bagaimana ?”

Orang Indonesia memang lucu.
Franchise, Licence, Business Opportunity (BO), atau apapun labelnya pada dasarnya adalah suatu bentuk penawaran kerjasama kemitraan untuk mengembangkan suatu merek dan konsep bisnis tanpa perlu sendirian. Bahwa para mitra diuntungkan karena sudah adanya brand, sistem, standar bahan baku, pelatihan, dan berbagai dukungan lainnya, itu adalah sebuah kemudahan untuk memulai bisnis tanpa perlu merangkak dari nol. Resiko kegagalan di awal memulai bisnis bisa lebih diminimalisasi. Ingat, diminimalisasi, bukan dieliminasi. Resiko tetap ada.

Kadang orang Indonesia sering
bias antara mindset entrepreneur dan investor. Entrepreneur adalah orang yang membangun dan mengembangkan bisnisnya. Ada keberanian untuk memulai, kekuatan mental untuk jatuh bangun, tekad yang luar biasa untuk tetap maju apapun rintangan yang dihadapi, kejelian menangkap peluang dan menterjemahkan peluang itu menjadi sumber uang, kemampuan untuk mengelola karyawan, serta kesediaan untuk selalu melayani pelanggan.
Investor, di sisi lain, lebih banyak berkonsentrasi pada bagaimana cara memperoleh tingkat pengembalian yang optimal untuk sejumlah kapital yang ditanamkan. Tidak perlu mengembangkan pasar. Tidak perlu memikirkan kepuasan pelanggan. Tidak perlu pusing menangani karyawan. Cukup kejelian menangkap peluang, dan keberanian untuk mengambil peluang dengan tingkat resiko yang diperhitungkan.

Orang Indonesia memang lucu.
Ketika mengambil suatu franchise atau licence, tanpa pandang bulu, kerap kali yang digunakan adalah mindset investor. Oleh karena itu hitung-hitungannya pun lebih banyak bersifat investasi. Kalau saya investasi sekian, balik modal berapa lama. Kalau saya letakkan di lokasi yang seperti ini, bisa dapat laba berapa. Dan seterusnya. Persis seperti mindset ketika menabung di deposito atau membeli ORI.
Padahal, karakter setiap franchise, licence, atau BO itu berbeda. Ketika Anda mengambil kemitraan GwGuyur, Bakso Malang Cak Eko, Salon Muslimah MOZ5, atau minimarket Omi misalnya, diperlukan mitra yang siap untuk bersama-sama mengembangkan outlet dengan segala resikonya. Anda tidak bisa hanya berinvestasi di muka lalu tidur lelap selamanya, sambil berharap omzet dan laba terus meningkat setiap waktu.
Walaupun tidak perlu ditunggui setiap
saat karena sudah dibantu oleh sistem dari pusat, keterlibatan Anda tetap diperlukan. Dalam menangani karyawan, dalam mempromosikan cabang, dalam pengawasan stok, atau aspek pengelolaan operasional lainnya. Mengapa ? Karena memang pada kemitraan jenis ini pengelolaan berada di tangan Anda.

Untuk kemitraan jenis ini, mindset dan mental entrepreneurship Anda mutlak diperlukan. Bagi Anda yang benar-benar ingin menjadi entrepreneur, ini adalah kemudahan yang luar biasa untuk belajar tanpa perlu dari nol. Tidak perlu trial and error. Tapi ingat, ini bisnis Anda, maju mundurnya bisnis tetap berada di tangan Anda.

Berbeda apabila Anda mengambil penawaran franchise atau kemitraan yang pengelolaannya bersifat terpusat seperti Indomaret, Alfamart, Londre, Laundrette, Circle K, dan beberapa lainnya. Anda tinggal menyetorkan sejumlah dana, mencari lokasi yang strategis, lalu merenovasinya sesuai standar mereka. Setelah itu, Anda bisa ongkang-ongkang kaki sambil menunggu berapa bagi hasil yang akan ditransfer ke rekening Anda.

Kelihatannya enak. Namun ini tipe bisnis bagi mereka yang memiliki karakter investor, bukan entrepreneur. Pemilihan barang, karyawan, pengaturan operasional, hingga aspek keuangan ada di bawah kontrol manajemen pusat. Bukan Anda. Bagi mereka yang ingin mengembangkan diri menjadi seorang entrepreneur sejati, bukan di sini tempatnya. Yang Anda peroleh adalah uangnya, bukan exposure bisnisnya. Sebaliknya, bagi Anda yang ingin bertransformasi menjadi investor, inilah tipe bisnis yang cocok bagi Anda. Tapi ingat, tetap bukan tanpa resiko, karena setiap lokasi tetap memiliki karakteristik tersendiri yang tidak bisa ditebak 100% sebelum betul-betul masuk ke sana.

Orang Indonesia memang lucu.
Katanya ingin menjadi entrepreneur, tetapi tidak mau mengambil resiko. Katanya ingin menjadi kaya, tetapi ingin hasil instan. Katanya ingin memiliki bisnis sendiri, tetapi tidak mau repot menangani seluk-beluk bisnis dan karyawan. Katanya ingin maju dan berkembang, tetapi tidak mau terlibat dalam merintisnya setahap demi setahap.
Hahaha, orang Indonesia memang lucu.
Kalau memang tidak mau capek mengelola bisnis sebagai entrepreneur, tetapi juga tidak punya cukup dana untuk menjadi seorang investor, apalagi kemampuan untuk mengambil peluang dan resiko yang diperlukan untuk menjadi keduanya… wah, ya repot. Berarti Anda belum siap meninggalkan zona nyaman.
Mungkin, memang lebih baik Anda tetap menjadi karyawan saja…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ragam info...

Pengikut