Orang Indonesia memang lucu.
Ketika
virus entrepreneurship akhir-akhir ini makin menggila, banyak orang
seakan-akan kalap mengambil berbagai kesempatan yang ada. Lantas,
larislah berbagai pameran bisnis dan waralaba yang sekarang ada di
mana-mana.
Lucunya,
ketika bertanya di booth-booth pameran, pertanyaan lucu yang selalu
mengemuka adalah, “Balik modalnya berapa lama ?” Atau yang lebih lucu
lagi, “Kalau bisnisnya sampai bangkrut, bagaimana ?”
Orang Indonesia memang lucu.
Franchise, Licence, Business Opportunity
(BO), atau apapun labelnya pada dasarnya adalah suatu bentuk penawaran
kerjasama kemitraan untuk mengembangkan suatu merek dan konsep bisnis
tanpa perlu sendirian. Bahwa para mitra diuntungkan karena sudah adanya brand,
sistem, standar bahan baku, pelatihan, dan berbagai dukungan lainnya,
itu adalah sebuah kemudahan untuk memulai bisnis tanpa perlu merangkak
dari nol. Resiko kegagalan di awal memulai bisnis bisa lebih
diminimalisasi. Ingat, diminimalisasi, bukan dieliminasi. Resiko tetap
ada.
Kadang
orang Indonesia sering
bias antara mindset entrepreneur dan investor.
Entrepreneur adalah orang yang membangun dan mengembangkan bisnisnya.
Ada keberanian untuk memulai, kekuatan mental untuk jatuh bangun, tekad
yang luar biasa untuk tetap maju apapun rintangan yang dihadapi,
kejelian menangkap peluang dan menterjemahkan peluang itu menjadi sumber
uang, kemampuan untuk mengelola karyawan, serta kesediaan untuk selalu
melayani pelanggan.
Investor,
di sisi lain, lebih banyak berkonsentrasi pada bagaimana cara
memperoleh tingkat pengembalian yang optimal untuk sejumlah kapital yang
ditanamkan. Tidak perlu mengembangkan pasar. Tidak perlu memikirkan
kepuasan pelanggan. Tidak perlu pusing menangani karyawan. Cukup
kejelian menangkap peluang, dan keberanian untuk mengambil peluang
dengan tingkat resiko yang diperhitungkan.
Orang Indonesia memang lucu.
Ketika mengambil suatu franchise atau licence,
tanpa pandang bulu, kerap kali yang digunakan adalah mindset investor.
Oleh karena itu hitung-hitungannya pun lebih banyak bersifat investasi.
Kalau saya investasi sekian, balik modal berapa lama. Kalau saya
letakkan di lokasi yang seperti ini, bisa dapat laba berapa. Dan
seterusnya. Persis seperti mindset ketika menabung di deposito atau
membeli ORI.
Padahal, karakter setiap franchise, licence, atau BO itu berbeda. Ketika Anda mengambil kemitraan GwGuyur, Bakso Malang Cak Eko, Salon Muslimah MOZ5,
atau minimarket Omi misalnya, diperlukan mitra yang siap untuk
bersama-sama mengembangkan outlet dengan segala resikonya. Anda tidak
bisa hanya berinvestasi di muka lalu tidur lelap selamanya, sambil
berharap omzet dan laba terus meningkat setiap waktu.
Walaupun
tidak perlu ditunggui setiap
saat karena sudah dibantu oleh sistem dari
pusat, keterlibatan Anda tetap diperlukan. Dalam menangani karyawan,
dalam mempromosikan cabang, dalam pengawasan stok, atau aspek
pengelolaan operasional lainnya. Mengapa ? Karena memang pada kemitraan
jenis ini pengelolaan berada di tangan Anda.
Untuk
kemitraan jenis ini, mindset dan mental entrepreneurship Anda mutlak
diperlukan. Bagi Anda yang benar-benar ingin menjadi entrepreneur, ini
adalah kemudahan yang luar biasa untuk belajar tanpa perlu dari nol.
Tidak perlu trial and error. Tapi ingat, ini bisnis Anda, maju mundurnya bisnis tetap berada di tangan Anda.
Berbeda apabila Anda mengambil penawaran franchise atau
kemitraan yang pengelolaannya bersifat terpusat seperti Indomaret,
Alfamart, Londre, Laundrette, Circle K, dan beberapa lainnya. Anda
tinggal menyetorkan sejumlah dana, mencari lokasi yang strategis, lalu
merenovasinya sesuai standar mereka. Setelah itu, Anda bisa
ongkang-ongkang kaki sambil menunggu berapa bagi hasil yang akan
ditransfer ke rekening Anda.
Kelihatannya
enak. Namun ini tipe bisnis bagi mereka yang memiliki karakter
investor, bukan entrepreneur. Pemilihan barang, karyawan, pengaturan
operasional, hingga aspek keuangan ada di bawah kontrol manajemen pusat.
Bukan Anda. Bagi mereka yang ingin mengembangkan diri menjadi seorang
entrepreneur sejati, bukan di sini tempatnya. Yang Anda peroleh adalah
uangnya, bukan exposure bisnisnya. Sebaliknya, bagi Anda yang
ingin bertransformasi menjadi investor, inilah tipe bisnis yang cocok
bagi Anda. Tapi ingat, tetap bukan tanpa resiko, karena setiap lokasi
tetap memiliki karakteristik tersendiri yang tidak bisa ditebak 100%
sebelum betul-betul masuk ke sana.
Orang Indonesia memang lucu.
Katanya
ingin menjadi entrepreneur, tetapi tidak mau mengambil resiko. Katanya
ingin menjadi kaya, tetapi ingin hasil instan. Katanya ingin memiliki
bisnis sendiri, tetapi tidak mau repot menangani seluk-beluk bisnis dan
karyawan. Katanya ingin maju dan berkembang, tetapi tidak mau terlibat
dalam merintisnya setahap demi setahap.
Hahaha, orang Indonesia memang lucu.
Kalau
memang tidak mau capek mengelola bisnis sebagai entrepreneur, tetapi
juga tidak punya cukup dana untuk menjadi seorang investor, apalagi
kemampuan untuk mengambil peluang dan resiko yang diperlukan untuk
menjadi keduanya… wah, ya repot. Berarti Anda belum siap meninggalkan
zona nyaman.
Mungkin, memang lebih baik Anda tetap menjadi karyawan saja…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar